Manusia diciptakan di dunia ini, seharusnya memberikan manfaat.
Manfaat untuk manusia yang lainnya.
Manfaat untuk makhluk lainnya.
Manfaat untuk seluruh alam semesta ini.
Banyak manusia yang memiliki pedoman yang salah dan keliru total seperti di bawah ini :
“Banyak orang yang merasa “pintarĂ‚Â dan mengetahui banyak hal”. Namun mereka hanya menutup hati dan pikiran mereka. Banyak orang yang merasa hidup ini hanya perlu shollat, hanya perlu beribadah, dan hanya untuk diri sendiri. Urusan orang lain, Emang Gue Pikirin. Orang lain melakukan kesalahan, hanya ditegor. Mau berubah atau tidak, bukan urusan saya. Yang penting saya sudah menyampaikan.”
Itu adalah sebuah pola pikir yang sangat-sangat salah dan keliru. Dan hanya membuat manusia menjadi egois. Membuat manusia hanya mementingkan diri sendiri, dan tidak kembali ke salah satu tujuan diciptakannya manusia di dunia ini.
Jika manusia-manusia hanya memakai pedoman seperti diatas, yang terjadi hanyalah sebuah hati yang keras, hati yang hitam, pemikiran yang keras namun salah…
Manusia diciptakan di dunia ini, adalah sebagai rahmat untuk seluruh alam, untuk memberikan kebaikan dan kesejahteraan untuk seluruh isi alam.
Orang yang melakukan kesalahan, seharusnya diberitau kalau mereka itu melakukan kesalahan. Dan jika mereka masih tidak mau menerima, atau tidak mengerti, sudah sepantasnya kita mengingatkan mereka. Tugas kita untuk membuat mereka kembali kepada kebaikan. Apakah Anda mau membiarkan orang lain hidup dalam keburukan?
Bagaimana jika Anda yang selama ini merasa “benar”, padahal sesungguhnya Anda-lah yang salah. Dan “Anda” tidak mau kembali ke jalan kebaikan? Apakah Anda tidak merasa rugi? Apakah Anda tidak mau untuk dibawa ke jalan kebaikan?
Jika Anda selama ini berpedoman, “yang penting sudah saya ingatkan, sudah saya sampaikan, perkara dilaksanaka atau tidak, itu urusan mereka”. Mulai saat ini berubahlah.
Kita hidup di dunia ini, diberikan kepercayaan oleh TUHAN, untuk memberikan kebaikan bagi seluruh penghuni alam semesta ini. Bukan untuk “hidup bagi diri kita sendiri”